RILIS LAGU NGIPI DADI BUPATI, AGUS PUTRA BERHARAP MIMPINYA JADI KENYATAAN
Pengacara muda Bali, I Putu Agus Putra Sumardana, SH, yang juga kader partai Golkar Klungkung, begitu bersemangat ketika ditanya mengenai maksud lagu yang dia nyanyikan yang berjudul "NGIPI DADI BUPATI". Ia menuturkan "lagu ini memang saya banget, artinya Bupati memang menjadi mimpi saya didunia politik, dan saya akan terus berjuang sampai kapanpun untuk mencapainya, saya yakin bisa karena saya memenuhi persyaratan dari segi keahlian. Karena saya cukup menguasai ilmu hukum dan pemerintahan, yang mana bidang keilmuan itu yang seharusnya dikuasai oleh seorang Bupati".
AGUS PUTRA tidak kecil hati mesti lahir dari keluarga sederhana, yang mana keluarganya tidak ada memiliki latar belakang pekerjaan di bidang hukum maupun politik. Ayahnya yang seorang buruh dan Ibu yang merupakan ibu rumah tangga biasa, tak menyurutkan dirinya untuk menggapai mimpi-mimpinya. AGUS PUTRA lahir di Denpasar sebab dahulu orang tuanya merantau mencari kerja di Denpasar, karena keterbatasan keadaan ekonomi, dirinya semasa kecil sudah terbiasa hidup mandiri. Ia memulai sekolah di TK Kartika Sudirman Udayana, lalu bersekolah di SDN 19 Dangin Puri Denpasar, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 6 Denpasar, lalu menamatkan diri di SMAN 1 Denpasar (SMANSA). Karena keterbatasan biaya, orang tuanya menyarankan dirinya agar tidak melanjutkan kuliah. Namun karena ia banyak melihat teman-temannya di SMANSA melanjutkan kuliah, ia pun juga ingin kuliah. AGUS PUTRA kemudian bekerja sebagai kurir (expedisi) di sebuah laboratorium klinik di Denpasar, dari gaji yang diterima ini, ia kemudian memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah, mengikuti ujian masuk, untuk kemudian diterima sebagai Mahasiswa Reguler Fakultas Hukum Universitas Udayana.
AGUS PUTRA menuturkan "saya sebenarnya setelah tamat SMA merasa sangat bingung saat ingin kuliah, karena masih tidak mengetahui fakultas apa yang cocok untuk saya, kemudian saya melihat sidang BOM Bali di acara TV, dari situlah saya tertarik untuk kuliah hukum, karena saat itu saya melihat profesi jaksa sangat keren, sehingga saya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Hukum" Kemudian ia melanjutkan bercerita "saat saya kuliah, saat itu saya bekerja, saya di kos di Bukit Jimabaran, tinggal terpisah dengan orang tua. Kadang saya merasa iri dengan teman-teman, karena mereka setelah pulang kuliah bisa beristirahat, bisa jalan-jalan, namun saya harus bekerja hingga malam. Namun paginya saat kuliah saya merasa sangat senang, karena belajar ilmu hukum yang saya sukai, saya selalu duduk di depan agar bisa dengan jelas mendengar penjelasan dari Dosen, saya merasa teramat bahagia saat kuliah dulu"
"Setelah tamat Kuliah, saya pernah bekerja di beberapa tempat, namun tidak cocok dengan saya, sehingga suatu ketika ada teman kuliah saya, yang waktu itu dengan yakinnya ia berkata bahwa saya cocoknya jadi Pengacara. Saya pun mengikuti sarannya" hingga saya menjadi Pengacara hingga saat ini.
Suatu ketika saat saya pulang kampung di Desa Bungbungan, Banjarangkan Klungkung, saya merasa wajah desa saya perlu dimajukan,dikembangkan dari sisi ekonominya, saya berkeyakinan hanya melalui jalur politiklah, mimpi itu bisa menjadi kenyataan. Akhirnya saya masuk ke partai Hanura Klungkung dan nyaleg sebagai DPRD Prov Bali dapil Klungkung di tahun 2019, kemudian saya pernah menjadi kader partai Gerindra Klungkung, walau dengan waktu yang relatif pendek, karena saat itu saya ditawarkan sebagai Ketua DPW Bali Partai Prima. Untuk kemudian Partai Prima tidak lolos verifikasi faktual KPU sehingga tidak dapat sebagai peserta Pemilu 2024. Untuk kemudian saya hingga kini bergabung di Partai Golkar Klungkung dan ikut nyaleg DPRD Klungkung dari Dapil Nusa Penida.